Hay para readers..
Hari ini, 04 September 2012, waktu sudah menunjukkan pukul 21:42
wita, tetapi mataku belum bisa terpejam walau kantuk telah menyerang. Masih teringat
jelas kata-kata salah satu sahabatku ketika dikampus tadi siang. “Hidayah itu
kini telah menghampiriku”, ya kata itulah yang masih terekam jelas dibenakku.
Dan kini, ku coba menuangkan semua itu kedalam bentuk tulisan
agar bisa saling terungkap secara jelas. Entahlah, akupun tak tau mengapa
kata-kata itu masih terngiang di telingaku hingga saat ini, walau hari telah
malam, bahkan hampir larut malam.
Tak tau berawal darimana, aku dan dia saling bertukar cerita
satu sama lain, hingga akhirnya sampai pada pertanyaan yang ditujukan kepadaku,
“nitha, kenapa sich kamu bisa berubah drastis seperti ini, dan itupun dalam
waktu yang relative singkat, apa sich sebabnya?”.
Ya, itulah pertanyaan sederhana yang sering terlontar dari
beberapa temanku dan salah satunya adalah sahabatku, tapi sampai saat ini belum
ku temukan jawaban yang membuatku puas untuk menjawab pertanyaan itu. Atau mungkin
memang semua itu tidak perlu dijawab dan dijabarkan kepada mereka. Entahlah,
lagi-lagi aku pun tak tau.
Namun, kali ini aku berusaha menjawab pertanyaan sahabatku itu,
dengan apa adanya ku jawab, ”sebenarnya itu bukan waktu yang singkat bagiku
kawan, mungkin kenyataan yang terlihat sangatlah singkat, namun semua itu butuh
waktu beberapa bulan, bahkan beberapa tahun untuk mengawali perubahan ini, iya
walau pada awalnya bukan perubahan seperti inilah yang aku rencanakan, tapi
mungkin inilah kehendak dan jalan yang ditunjukkan untukku oleh-Nya.”
“Alhamdulillah yaa ta, Allah telah menunjukkan jalan untukmu,
aku turut bahagia dengan dirimu yang sekarang, kamu telah banyak berubah ta.” Itulah
tanggapan sahabatku.
Hemh, sesungguhnya saat itu tak kuasa aku menahan air mata ini,
namun dengan sekuat hati aku menahannya. Bukan, air mata itu bukan air mata
kesedihan, namun air mata kebahagiaan.
Aku yakin, kalian pasti bertanya-tanya, perubahan apa si yang
aku maksud..(^_^)
Mungkin kalian belum tau seperti apa aku dulu, aku hanyalah
perempuan yang sangat minim akan pengetahuan agama, bahkan aku sangat malu jika
teringat masa-masa itu. Ya masa-masa aku masih hidup dalam masa
ke-jahiliyah-anku. Jangankan kewajiban menutup aurat, kewajiban melaksanakan
sholatpun masih sering ku lalaikan dan tak ku pungkiri banyak dosa-dosa lain
yang telah ku lakukan. Sungguh aku sangat malu jika mengingat itu semua,
inginku lupa ingatan akan hal-hal itu. Namun, buat apa aku lari dari kenyataan
yang ada? Bukankah, kesalahan di masa lalu seharusnya menjadi pelajaran untuk
masa yang akan datang untuk menjadi yang lebih baik?!
Semua itu berlangsung hingga aku masuk kuliah. Sampai tiba pada
saat dimana aku mengambil mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Ku kira, ahh
hanya pelajaran seperti pelajaran-pelajaran agama yang telah ku lewati di
jenjang SD, SMP dan SMA.
Namun semua itu salah, tak seperti yang ku bayangkan. Mungkin disinilah
perubahan itu dimulai.
Pada suatu pertemuan kuliah, dosenku membahas tentang aurat
wanita dan perumpamaan seseorang berpakaian tapi telanjang.
Jeeddeerrrr…seperti
tersambar petir di siang bolong. Itulah yang ku rasakan saat itu.
Apa…?? Berpakaian tapi telanjang, kok bisa si…??
Ternyata yang dimaksud adalah walau kita telah berpakaian tapi
kita bisa dikatakan masih telanjang, jika pakaian yang kita pakai tidak sesuai
aturan yang telah ada di Al-Quran, misalkan pakaian kita ketat sehingga lekuk
tubuh kita terlihat oleh orang lain, lalu pakaian kita transparan.
Oh jadi yang dimaksud berpakaian tapi telanjang itu seperti itu,
mulai saat itu, aku merasa galau, dan sering tampil tidak PD. Aku malu, sungguh
aku malu sekali, aku merasa seperti telanjang walau pakaian telah melekat di
tubuhku.
Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan hingga
tahun pun berganti. Kegalauan itu masih menyerang fikiranku.
Hingga suatu hari ku putuskan, “okeh, mulai hari ini aku berniat
untuk berkerudung, semoga Kau meridhoiku ya Allah.” Niat itu terikrarkan
didalam hatiku.
Haripun silih berganti, akupun telah terbiasa dengan kerudungku
ini. Aku mulai nyaman dengan hidupku yang sekarang ini.
Namun, semua itu tak membuatku puas. Aku masih sangat haus akan
pengetahuan tentang Islam. Akupun mulai belajar mendalami apa itu Islam. Salah satunya
tentang tata cara menutup aurat.
“seorang muslimah diwajibkan untuk menutup auratnya,
berkerudungpun ada ketentuannya, syarat kerudung yang baik digunakan adalah
tidak transparan seperti SARINGAN TAHU, dan muslimah wajib mengulurkan
kerudungnya hingga menutupi dadanya.”
Kurang lebih itu yang aku tangkap dari sebuah pengajian yang
disiarkan di radio.
Jeeedddeeerr…petir itupun kembali menyambarku. Hah…kerudungku
seperti saringan tahu. Rasanya hati ini menjadi sesak. Berpakaian tapi
telanjang lah, sekarang kerudung saringan tahu lah. Apa-apaan ini…?!
Ternyata masih banyak yang belum aku ketahui tentang ini. Akupun
semakin merasa haus akan ilmu ini.
Ku buka kontak yang ada di hape-ku. Ku hubungi salah satu
temanku, dengan tujuan aku mendapat ilmu baru darinya. Ternyata semua itu tidak
sia-sia, aku semakin rajin menghadiri acara-acara seminar muslimah. Sampai di
suatu acara, aku bertemu dengan seorang muslimah berparas cantik, dia sangat
ramah dan masih muda, ya kira-kira 23 tahun umurnya sekarang, akhirnya kamipun
bertukar nomor hape.
Pertemuan demi pertemuanpun kami lewati, banyak ilmu yang telah
kami kaji bersama. Akhirnya aku memutuskan untuk berjilbab. Dan, akupun
menyadari bahwa harga jilbab itu tidaklah murah, aku harus menabung terlebih
dahulu sebelum niatku itu terlaksanakan. Namun aku sangat bahagia, karena
saudariku ada yang memahami masalah ekonomi tersebut, diapun memberiku beberapa
jilbab, sungguh bahagianya hatiku, memiliki saudari yang peduli terhadap
saudaranya.
Hingga akhirnya, Alhamdulillah aku telah memiliki beberapa jilbab
yang ku inginkan itu. Sekarang tugasku adalah memakainya kemanapun aku pergi,
termasuk ke kampus.
Hari pertama aku memakai jilbab, jujur aku masih kurang PD. Atau
mungkin lebih tepatnya aku risih dengan pandangan mereka-mereka yang
memandangiku dengan tatapan yang… entahlah tatapan apa itu aku pun tak tau. Bahkan
ada juga yang berkata padaku, “Ih km kayak nenek-nenek pake pakaian seperti
itu.” Namun, buat apa aku malu jika niatku adalah menjalankan kewajibanku
sebagai seorang muslimah. Okeh ku putuskan untuk tetap bertahan pada
pendirianku saat ini, bisa jadi ini hanya ujian awalku memakai jilbab, jadi ku
persiapkan diri untuk menghadapai ujian-ujian selanjutnya.
Sampai akhirnya aku mulai terbiasa dengan hal-hal yang sejenis
itu, dan sampai saat ini aku tetap enjoy dan yang pasti aku lebih bahagia
dengan jalan hidupku yang sekarang…(^_^)
Hehe…ide konyol darimana yang didapat oleh sahabatku itu. Dia berkata,
“ wah ta, ceritamu itu bagus loch kalo dijadiin cerpen ato bahkan novel, ntar
judulnya “Hidayah itu kini telah menghampirku”.”
Dasar sahabatku ini, kata-katamu itu sudah membuatku tak bisa
memejamkan mataku. Kata-kata yang singkat, sederhana tapi mengena dihati. Namun dari kata-kata itu
kini aku menyadari, ternyata hidayah itu benar-benar telah menghampiriku…(^_^)
Terimakasih kawan karena kau telah menyadarkanku akan hal itu
dan terus mendukungku…(^_^)
Wah tak terasa sudah 1 jam lebih waktu yang terlewatkan dari
saat aku memulai menulis tulisan ini. Malampun semakin larut, dan ternyata
mataku sudah tidak bisa diajak kompromi. Maka ku putuskan untuk menyudahi
tulisanku ini. insyaaLlah dilain kesempatan aku akan kembali berbagi tentang
kisah hidupku kepada kalian semua.
Terimakasih untuk kalian semua yang telah menyempatkan membaca
coretan hati nitha ini, silahkan tinggalkan kritik dan saran, dengan senang
hati aku akan menerimanya. Terimakasih pula untuk sahabat-sahabatku yang selalu
ada untukku…(^_^)
See you bye bye…(^_*)