Selasa, 30 Oktober 2012

..About True Love part 2..


Assalamu’alaykum...:)

Hay readers..

Pagi ini di Samarinda cuacanya kurang bersahabat, awan mendung menyelimuti langit Samarinda. Hawa dingin pun menggoda para penduduknya untuk bermalas-malas di rumah. Yaa termasuk aku, kebetulan jadwal kuliah hari ini gag begitu padat dan masuk siang nanti. Suatu nikmat bagi aku  yang notabene jarang ada libur kuliah..hehe agak lebay sich, tapi ini jujur loo…

Bangun tidur, entah kenapa aku langsung tergoda untuk menyentuh Lepi kesayanganku ini. Tapi sebenernya gag langsung si, karena tadi sempet cuci muka, bantu-bantu ibu n trus ngerjain pekerjaan rumah dulu..hehe..

Aku tergerak untuk membuka blog-ku ini, ku amati postingan-postingan yang udah aku post. Dan mata ku terhenti pada postingan-ku yang berjudul ..About True Love..

Okey, mungkin seharusnya itu berjudul ..About True Love part 1.. trus nanti akan ada part 2, part 3 dst.hehe..

..About True Love part 2..

Yaa yaa yaa, True Love..heemm kata yang menurut aku sangat “ajaib” atau lebih pasnya sangat “sensitive”..

Kenapa..??

Entahlah karena apa, tapi aku selalu dibingungkan oleh satu kata yang terdiri dari 5 huruf aja, “cinta”. Mungkin banyak teman-teman yang sama seperti aku.

Apa sich cinta itu..?? trus kalo true love apa..??

Ah kita tinggal kan sejenak apa itu cinta dan apa itu true love..

Tapi susunan 5 huruf (red:cinta) itu sering membuat kita tertawa, menangis, bertengkar bahkan sampai putus asa. Ada kekuatan apa sich di dalam kata itu..??

Okey, pasti pada masa awal kita jatuh cinta, kita akan merasakan bahagia. Bahkan sampai ada jargon “dunia serasa milik kita berdua” aseekk..

Tapi apakah kalian akan ingat dimana masa-masa kita menangis, kita bersedih, melamun setiap malam hanya karena doi yang belum tentu memikirkan kita, yang belum tentu menangisi kita..??

Aku yakin setiap orang yang pernah jatuh cinta akan merasakan masa-masa seperti itu, termasuk aku. Lalu kenapa kita menangisinya, menyesali kepergiannya..??

Mungkin jawabannya adalah, “karena aku masih sayang dia, aku gag mau dia pergi dari sisiku, aku gag bisa hidup tanpa dia.”

Ups, tunggu dulu, “aku gag bisa hidup tanpa dia”..??maksudnya apaan inni..??haaahhh apaan..jelasin dongg..(hehe..nyantai mbak mas bacanya)

Kita lahir ke dunia ini tanpa dia bukan, lalu kenapa bisa bilang seperti itu..hohoho..

Bukan kah kita hidup di dunia ini karena Allah semata, wahai sahabatku, aku gag munafik kalo aku pernah mengalami masa seperti itu.

Tapi yakinlah, Allah itu Maha Membolak-balikkan hati hamba-Nya, jika memang dia itu jodoh kita, entah seperti apa jalannya, dia akan kembali kepada kita, tetapi jika dia bukan jodoh kita, sekuat apapun kita berusaha mendapatkannya, itu akan sia-sia.

Dia jodoh kita ataupun bukan, itu bukan karena dia tidak baik untuk kita atau kita tidak baik untuk dia, tapi itu karena memang bukan dia yang di tuliskan menjadi jodoh kita di kitab Lauh Mahfuz.

Jadi apakah kita harus menangisi sesuatu yang bukan milik kita..??

Bukankah kita sendiri yang mengambil resiko untuk sakit hati..??

Yaa, dengan mencoba-coba cinta yang belum halal dihadapan-Nya, itu sama ajja kita mengambil resiko untuk menyakiti hati kita sendiri. Jadi yaa dinikmati ajja masa-masa seperti itu, belajarlah dari pengalaman yang telah terlewati, dari pengalaman orang lain dan dari lingkungan kita. 
Mungkin ini merupakan sebuah anak tangga untuk menuju kedewasaan kita.

Lalu kalo udah ngerasain sakit hati itu, apa kita akan mengulanginya lagi..??jawabannya ada di dalam hati kita masing-masing…hehe

Ehm mungkin ini sedikit pelampiasan rasa geregetan aku dengan keadaan di sekitar aku. Mungkin lebih pasnya rasa kesel, sebel, marah, kecewa. Ehmm..entahlah apa itu..

Tapi dengan semua kejadian-kejadian yang ada di dalam hidup kita, aku yakin semua pasti akan ada hikmah yang bisa kita petik (emangnya buah bisa dipetik)..hehe

Okey, mungkin kalian semua memiliki pendapat yang berbeda tentang “cinta”, aku harap kalian sudi meninggalkkan komentar di blog-ku ini agar aku mendapat masukan baru tentang “cinta”..hehe

Makasih yaa udah mampir di blog-ku ini. Jangan bosen-bosen yaa buad mampir di sini lagi..

See you bye bye..:)

Sabtu, 27 Oktober 2012

..Dua Telaga..


Assalamu’alaykum readers…J

Kali ini nitha akan mengangkat sebuah kisah yang mungkin sudah pernah kita dengar atau sudah kita ketahui, namun mungkin ada juga yang belum mengetahuinya.

Sebenarnya nitha juga baru kali pertama ini membaca kisahnya, sehingga nitha ingin berbagi pengetahuan kepada sahabat-sahabat nitha di dunia maya ini…J. Kisah ini terdapat di dalam prolog sebuah buku yang berjudul “Dalam Dekapan Ukhuwah” karya Salim A.Fillah/Pro-U Media.

Nitha mendapat prolog ini juga dari sahabat nitha yang notabene juga di dunia maya, kita saling mengirim kabar dan saling bertukar pengalaman atau bahkan saling bertukar kisah hidup satu sama lain melalui surat elektronik (red:email). Masyaallah indahnya ukhuwah islamiyah, walau terpisah ribuan kilometer, tetapi merasa dekat di hati…J

Eh malah nitha jadi cerita panjang lebar nich…hehe. Ya udda yuks langsung kita simak prolog yang nitha dapat…J

TELAGA ITU LUAS, sebentang Ailah di Syam hingga San’a di Yaman. Di tepi telaga itu berdiri seorang lelaki. Rambutnya hitam, disisir rapi sepapak daun tlinga. Dia menoleh dengan segenap tubuhnya menghadap hadirin dengan sepenuh dirinya. Dia memanggil-manggil. Seruannya merindu dan merdu. “Marhabban ayyuhal insaan! Silakan mendekat,silahkan minum!”

Lalu dia bicara penuh cinta, dengan mata berkaca-kaca “Ya Rabbi”, serunya sendu, “Mereka bagian dariku! Mereka ummatku!”
Ada suara menjawab, “Engkau tak tahu apa yang mereka lakukan sepeninggalmu!”

Air telaga itu menebar wangi yang lebih harum dari kasturi. Rasanya lebih lembut dari susu lebih manis dari madu, dan lebih sejuk daripada salju. Di telaga itu, bertebar cangkir kemilau sebanyak bilangan gemintang. Dengan itulah si lelaki memberi minum mereka yang kehausan, menyejukkan mereka yang kegerahan. Wajahnya berseri tiap kali ummatnya menghampiri. Dia berduka jika dari telaganya ada yang dihalau pergi.

Telaga itu sebentang Ailah di Syam hingga San’a di Yaman. Tapi ia tak terletak di dunia ini. Telaga itu Al-Kautsar. Lelaki itu Muhammad. Namanya terpuji di langit dan bumi.
***

Telaga lain yang lebih kecil, konon pernah ada dalam cangkungan sebuah hutan di Yunani. Dan ke telaga itu, setiap pagi seorang lelaki berkunjung. Dia berlutut di tepinya, mengagumi bayangannya yang terpantul di air telaga. Dia memang tampan. Garis dan lekuk parasnya terpahat sempurna. Matanya berkilau. Alis hitam dan cambang di wajahnya berbaris rapi, menjadi kontras yan menegaskan di kulit putihnya.

Lelaki itu, kita tahu , Narcissus. Dia tak pernah berani menjamah air telaga. Dia takut citra indah yang dicintainya itu memudar hilang ditelan riak. Konon, dia dikutuk oleh Echo, peri wanita yang telah ditolak cintanya. Dia terkutuk untuk mencintai tanpa bisa menyentuh, tanpa bisa memiliki. Echo meneriakkan laknatnya di sebuah lembah, menjadi gema dan gaung yang hingga kini diistilahkan dengan namanya.

Maka di tepi telaga itu Narcissus selalu terpana dan terpesona. Wajah dalam air itu mengalihkan dunianya. Dia lupa pada segala hajat hidupnya. Kian hari tubuhnya melemah, hingga satu hari dia jatuh dan tenggelam. Alkisah, di tempat dia terbenam, tumbuh sekuntuk bunga. Orang-orang menyebut kembang itu, Narcissus.
Selesai

Tetapi Paulo Coelho punya anggitan lain untuk kisah Narcissus. Dalam karyanya The Alchemist, tragika lelaki yang jatuh cinta pada diriya sendiri itu diakhiri dengan lebih memikat. Konon, setelah kematian Narcissus, peri-peri hutan datang ke telaga. Airnya telah berubah dari semula jernih dan tawar menjadi seasin air mata.

“Mengapa kau menangis?” Tanya para peri.
Telaga itu berkaca-kaca. “Aku menangisi Narcissus,” katanya.
“oh, aku heranlah kau tangisi dia. Sebab semua penjuru hutan selalu mengaguminya, namun hanya kau yang bisa mentakjubi keindahannya dari dekat.”
“oh, indahnya Narcissus?”
Para peri hutan saling memandang “ siapa yang mengetahuinya lebih daripadamu?” kata salah seorang “di dekatmulah tiap hari dia berlutut mengagumi keindahannya.”
Sejenak hening menyergap mereka .”aku menangisi Narcissus”, kata telaga kemudian, “tapi tak pernah kuperhatikan bahwa dia indah. Aku menangisi karena, kini aku tak bisa lagi memandang keindahanku sendiri yang terpantul di bola matanya tiap kali dia berlutut di dekatku.”
***

Setiap kita punya kecenderungan untuk menjadi Narcissus. Atau telaganya. Kita mencintai diri ini, menjadikannya pusat bagi segala yang kita perbuat dan semua yang ingin kita dapat. Kita berpayah-payah agar ketika manusia menyebut nama kita yang mereka rasakan adalah ketakjuban pada manusia paling memesona. Kita mengerahkan segala daya agar tiap orang yang bertemu kita merasa telah berjumpa dengan manusia paling sempurna.

Kisah tentang Narcissus menginsyafkan kita bahwa setinggi-tinggi nilai yang kita peroleh dari sikap itu adalah ketakmengertian dari yang jauh dan abainya orang dekat. Kita menuai sikap yang sama dari sesame, seperti apa yang kita tabor pada mereka. Dari jaraknya, para peri memang takjjub, namun dalam ketidaktahuan. Sementara telaga itu hanya menjadikan Narcissus sebagai sarana untuk mengagumi bayangannya sendiri. Persis sebagaimana Narcissus memperlakukannya. Pada dasarnya, tiaap-tiap jiwa hanya takjub pada dirinya.

Tetapi ‘Amr ibn Al-‘Ash merasakan ketiadaan sikap ala Narcissus pada seorang Muhammad, lelaki yang sesampai di surgapun masih menjadikan diri pelayan bagi ummatnya. Telah belasan tahun menjadikan silat lidahnya sebagai senjata paling mematikan bagi da’wah Sang Nabi. Lalu setelah hari Hudaibiyah yang menegangkan itu, hidayah menyapanya. Dia, bersama Khalidibn Al Wahid dan ‘Utsman ibn Thalhah menuju Madinah menyatakan keislaman. Mereka disambut senyum Sang Nabi, dilayani bagai saudara yang dirindukan, dimuliakan begitu rupa.

Bagaimanapun, ‘Amr merasa hanya dirinya yang istimewa. Itu tampak dari sikap, kata-kata, dan perilaku Sang Nabi padanya. Hari itu dia merasa Sang Rasul pastilah mencintainya melebihi siapapun, mengungguli apapun. Pikirnya, itu disebabkan bakat lisannya begitu rupa yang kelak bermanfaat bagi da’wah. Terasa sekali. Maka dia beranikan diri meminta penegasan. “Ya Rasullullah”, dia berbisik ketika kudanya menjajari tunggangan Sang Nabi, “Siapakah yang paling kau cintai?”

Sang Nabi tersenyum, “Aisyah.” Katanya.

“maksudku,” Kata ‘Amr, “dari kalangan laki-laki.”

“Ayah Aisyah.” rasulullah terus saja tersenyum padanya.

“Lalu siapa lagi?”

“Umar.”

“Lalu siapa lagi?”

“’Utsman,” dan beliau terus tersenyum.

“Setelah itu,” kata ‘Amr berkisah di kemudian hari, “Aku menghentikan tanyaku, Aku takut namaku akan disebut paling akhir.” ‘Amr tersadar, apalagi sesudah berbincang dengan Khalid dan ‘Utsman, bahwa Muhammad adalah jenis manusia yang membuat tiap-tiap jiwa merasa paling dicinta dan paling berharga. Dan itu bukan basa-basi. Muhammad tak kehilangan kejujuran saat ditanya.

Nabi itu indah dan menakjubkan memang. Tapi yang paling menarik dari dirinya adalah bahwa berada di dekatnya menjadikan setiap orang merasa istimewa, merasa berharga, merasa memesona. Dan itu semua tersaji dalam ketulusan yang utuh.
***

Ehm begitulah prolog yang nitha dapat…J
Dalam sabda Muhammad shallallahu ‘Alaihi wa sallam yang menghimbau kita untuk bercermin. Seperti Narcissus, tapi bukan di telaga.

“Mukmin yang satu”, kata Sang Nabi, “Adalah cermin bagi mukmin yang lain.”

Bercerminlah, tetapi bukan untuk mengagumi baying-bayang sendiri seperti Narcissus atau telaganya. Namun lebih menjadikan sesame peyakin seperti cermin, dan melihatnya secara seksama. Jika kita menemukan sesuatu yang tidak berkenan di hati kita dalam bayangan itu, kita tahu, harus memperbaikinya. Tetapi bukan memperbaiki bayangan itu melainkan diri kita yang sedang mengaca…J

Semoga kita semua mendapaat ibroh dari tulisan ini yaa teman-teman..aamiin…J

semangkA (semangat karena Allah)…J
see you bye bye…

Kamis, 25 Oktober 2012

..SURAT CINTA BUAT UKTHY BERKERUDUNG..


Assalamu’alaykum readers…

Alhamdulillah, akhirnya bisa Menuhin blog nitha lagi…hehe
Setelah sekian lama gag buka blog nitha ini, karena ada sebab lainnya…J

Kali ini nitha pengen menyampaikan sebuah surat cinta dari sang akhi pada sang ukhty, tapi nitha juga sedih bacanya, tnyata isi hati sang akhi seperti itu terhadap sang ukhty…hiks
Ehm mudahan ajja, dengan nitha men-share surat cinta ini, banyak ukhty yang jadi mengerti isi hati sang akhi…aamiin..:)

Yaa udda deh, gag usah lama-lama nitha ngomongnya (tapi kan nitha gag ngomong…hehehe), yuks kita baca surat cinta buat ukhty dari akhi…J

Ini adalah unek-unek saya yang banyak dikecewakan oleh performa para muslimah yang nampak di depan kedua biji mata saya sehari-hari. Di tengah kegembiraan banyak orang yang melihat kerudung pada saat ini menjadi trending fashion banyak muslimah, saya sebenarnya gemas, kecewa, galau dan marah, tapi juga bingung.

Pangkal kekecewaan saya adalah soal kesenjangan antara kerudung dengan gaya hidup mereka. Mengapa banyak muslimah yang berkerudung sekedar puas dengan berkerudung. Seolah-olah kerudung itu sudah babak final dalam penampilan dan lifestyle, kenapa mereka tidak mau meningkatkan kepribadian mereka, pemahaman mereka dan menjaga diri mereka? Kenapa? Kenapa? Please, somebody help me!

Coba, pembaca pikirkan, bagaimana saya tidak bingung melihat seorang muslimah berkerudung tapi body mereka tampak melendung-melendung. Wajah manis berkerudung dalam balutan kemeja ketat yang kancingnya seolah mau meloncat karena ketarik bodi mereka yang sudah baligh, dan panggul ke bawah dililit jeans ketat – malah ada juga yang nekat pake legging (gubraaag) – sehingga ‘aset nasional’ mereka dikibarkan ke mana-mana.

Ukhtiiiiii….! Maaf kalau saya sarkastis, tapi Anda ini kan muslimah, bukan hewan qurban yang dinilai dari bobot badan dan kemontokan tubuh. Sapi dan domba qurban sengaja di-display-kan dengan vulgar di pinggir jalan agar orang-orang yang mau berkurban ngiler untuk membelinya dan mengurbankannya untuk fakir miskin.

Tapi ukhti kan muslimaaaah, bukan kambing qurban. Semakin Anda tertutup semakin ‘mahal’ harga ukhti di hadapan Allah, beda dengan hewan qurban yang semakin nampak sintal bodinya makin mahal harganya. Pahamkah kekesalan saya, ukhti?!Ini bukan berarti saya ini maho atau cowok KW. Bukan. Saya pria tulen.

Saya senang dengan kecantikan dan keindahan wanita karena itu kodrat saya, tapi kan Allah melarang saya meneropong tubuh ukhti dari ujung rambut ke ujung jempol.
Jadi, please, saya minta kerja samanya, jangan bikin hidup saya yang susah jadi tambah susah. Kalau memang ukhti cantik dan punya penampilan berkelas biarlah suami ukhty saja yang nanti berhak untuk melihatnya. Saya masih lelaki dan saya masih takut nambah saldo dosa.Pakaian ukhti bila keluar rumah adalah kerudung dan baju panjang yang kita sebut jilbab. Itu yang diperintahkan Allah kepada ukhti dan yang sekaum dengan Anda. Kalau ukhti senang dengan tank top, baby doll, mini skirt, atau hotpants ya silakan dipakai di balik jilbab ukhti. Tidak usah saya diajak mengintip semuanya.

Saya juga gerah dan marah kala menyaksikan ada remaja berkerudung jadi alay-alay di layar kaca. Entah di acara In***, D*****t, atau yang sejenisnya. Sama saat saya juga geli dan ketawa garing ngeliat ukhti-ukhti berkerudung ngantri tiket Justien Biber atau Lady Gaga!


Tapi bukan soal itu saja yang membuat emosi saya kadang meradang melihat ukhti dan teman-teman ukhti. Ada soal lain yang saya terus terang gerah dan jadi garang. Apa? Pacaran! Saya sering geleng kepala kalau sudah melihat akhwat berkerudung – apalagi berjilbab – berasyik masyuk dengan cowok yang bukan mahram dan suami juga bukan.Boleh percaya atau tidak, ukhti, saya pernah mendamprat – ini mungkin terlalu dramatisasi, tepatnya mempermalukan – sepasang kekasih di dalam angkot. Keduanya siswa almamater sekolah saya. Tapi yang bikin kepala panas adalah ceweknya berkerudung rapih dan cowoknya berjenggoooot (saya saja sampai sekarang belum sukses menumbuhkan jenggot!) Keduanya duduk di pojokan angkot dan tangan tuh cewek ada dipangkuan cowoknya sambil diremas-remas. !Astaghfirullah al-‘azhim!“Udah nikah, belum?” tanya saya panas.“Eh, belum, Pak?” jawab tuh cowok blingsatan sambil melepaskan tangan ceweknya. Untung nggak dilepaskan dari persendian badannya. Bla, bla, bla, saya nasihatin mereka berdua. Entah keduanya paham omongan saya atau tidak. Entah setelah itu mereka bubar pacaran atau malah menganggap sikap saya sebagai ujian.

Di mana-mana saya sering lihat akhwat berkerudung berasyik masyuk dengan pacar-pacar mereka. Di atas motor Kawasaki Ninja yang keren ada akhwat yang lengket ke punggung cowoknya ( jadi ingat seseorang...siapa ya...). Karena tuh motor Jepang jok belakangnya nungging maka cewek berkerudung itu ikutan nungging dan makin bersandar ke punggung cowoknya. Mungkin sambil berpikir bangga ‘cowok gue motornya keren’. nggak peduli pada komentar orang-orang yang menyaksikannya. Saya sebaaal lihat ukhti seperti itu.

Saya juga marah pada kawan saya yang pernah cerita kalau dia pernah diajak warga menggerebeg sepasang mahasiswa yang sedang mesum di malam hari di bulan suci Ramadhan. Ceweknya…..? Mahasiswi berkerudung! Coba bayangkan saudara-saudara, keduanya ketangkap basah sedang mesum di bulan Ramadhan pula! Saat orang berburu pahala, mereka malah saling berburu paha (tanpa la). Kalau mereka orang atheis, saya nggak bakal marah. Tapi dia berkerudung. Sad but true. Saya marah pada kawan saya itu kenapa story buruk kayak begini harus diceritakan pada saya. Bikin saya makin sebal pada ukhti berkerudung yang liar seperti itu. Tapi itu bukan satu-satunya cerita, masih banyak cerita yang serupa yang saya dengar dari kawan-kawan yang lain. Ada juga yang cerita kalau di antara cewek berkerudung itu ada yang jadi wanita panggilan. Malah katanya tarifnya premium call alias bisa lebih mahal karena kesannya eksotis dan reliji.Saya jadi bertanya; untuk apa sih ukhti berkerudung? Apa makna hijab dalam kehidupan ukhti? Tolong jawab 1 x 24 jam dari sekarang! Sering saya dengar ada kalangan yang bilang ‘jilbabi dulu hatimu sebelum tubuhmu’. Apa maksudnya? Sok berfilsafat tapi gajebo, ga’ jelas bo!

Nanti para cewek yang pakai hotpants bisa berdalih ‘ mas, jangan lihat tubuh seksi saya, tapi rasakan hati saya yang berjilbab’ Pernahkah ketika ukhti memutuskan untuk berkerudung apalagi berjilbab merenung bahwa harus ada sebuah perubahan dalam hidup ukhti? Akan lebih terjaga, lebih dekat kepada Allah, dan lebih berani meninggalkan maksiat?Kekesalan itu saya tumpahkan di sini, biar ukhti baca kalau apa yang ukhti lakukan itu berbahaya, dosa dan merusak korps akhwat berkerudung dan berjilbab. Kalaupun ukhti tidak baca, saya berharap agar ada yang meng-copy paste tulisan ini dan sharing ke mana saja agar dibaca oleh ukhti dan yang se-alam dengan ukhti.

Untuk ukhti yang sudah terlanjur membacanya dan marah-marah, saya harap agar malam nanti merenung; sudah benarkah gaya hidup saya? Percayalah, mencopot kembali kerudung bukan jawaban yang benar. Yang harus ukhti lakukan adalah terus menyelam dalam ajaran Islam yang indah dan menyejukkan ini. Banggalah sebagai akhwat berjilbab dan jagalah kehormatan diri sampai mati. That’s all, ukhti fillah!
Ukhti ku Berkerudung...

SUMBER : page Jangan Jadi Muslimah Nyebelin.
Posting by : Ameera

Ehm, ya ternyata begitulah isi hati akhi. Semoga surat cinta ini bisa menjadi bahan renungan kita sebagai seorang ukhty. Sungguh hati nitha teriris-iris membacanya, ternyata begitu to penilaian akhi. Tapi nitha juga berterima kasih si, karena tulisan ini bias jadi bahan renungan untuk kita semua, dan semoga bisa menjadi seorang ukhty yang lebih baik lagi.aamiin…J
Semangat ukhty-ukhty cantik yang sedang berjuang untuk selalu menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Yuks mari kita berjuang bersama, karena notabene nitha juga sedang berjuang seperti anti-anti semua…(^_^)
S.E.M.A.N.G.A.T…J